Beranda

Siraman Rohani


Dalai Lama XIV (Tenzin Gyatso) adalah figur global yang terkenal dengan ajaran-ajaran Budha dan hak-hak rakyat Tibet. Beliau adalah pemimpin agama Budha di Tibet dan sangat disegani oleh penganutnya. Beliau mendapatkan Nobel Perdamaian pada tahun 1989. Dan, nobel ini memang cukup pantas dianugerahkan pada beliau atas usaha perdamaian yang coba beliau lakukan dalam upaya penyelesaian konflik antara Tibet dan RRC.

Terlebih itu, Dalai Lama juga selalu mengajarkan tentang perdamaian, bukan hanya untuk para penganutnya tapi juga untuk seluruh umat manusia. Pada salah satu pidato beliau pada peringatan Declaration of Human Rights, beliau menjelaskan bahwa setiap manusia lahir dengan kualitas untuk peduli dan cinta pada sesama, hanya saja, kita cenderung mengabaikannya saat ini. Untuk itu, beliau menekankan pada manusia untuk menjalin hubungan baik antar sesama meskipun terdapat perbedaan kebangsaan, agama, ras, status sosial, tingkat pendidikan. Selain itu, beliau juga menekankan bahwa sebagai manusia harus memiliki keyakinan kalau setiap manusia lainnya adalah keluarga kita.

Lebih jauh lagi, Dalai lama mengatakan bahwa tanggungjawab akan perdamaian bukan hanya menjadi tanggungjawab  pemimpin kita, tapi tanggungjawab setiap manusia karena perdamaian berasal dari masing-masing manusia. Jika kita memiliki kedamaian hati, kita bisa hidup damai dengan orang disekitar kita. Jika komunitas kita damai, ini dapat disebarkan pada komunitas lain. Yang terpenting adalah kita melakukan usaha ini dengan tulus sebagai tanggung jawab kita terhadap orang lain dan dunia yang kita tinggali.

Ini hanyalah kontribusi kecil yang bisa diberikan Dalai Lama pada perdamaian dunia. Dan, tentu saja, ini bukanlah semacam keinginan kosong dari seorang pemimpin agama. Seyogyanya, ini adalah keinginan setiap umat manusia. Bukankah artis-artis Hollywood juga menghendaki ini ketika mereka mendaur ulang lagu “We are the World” dari Michael Jackson? Bukankah masyarakat dunia juga menginginkannya ketika mereka saling bergandengan dan menyerukan “world peace”? Namun, kenapa masih saja ada perang, penindasan, dan pergolakan? Mungkin, belum cukup jika hanya berseru, tanpa tindakan.

Tinggalkan komentar